Friday, September 28, 2012

My Opinion about Copycater, Re-Editer and Stealer [Editing World]

Ok, here's the point. i think almost all of you have a wrong opinion. i mean, did you know what copycat really is? Copycater is someone who copy someone else edit. So, if you said you're not copycater, YOU ARE WRONG. Scrapbook? C4D? T-Based? Monochrome? and other styles? You and i COPYCATING it! Maybe you can make new style, but still, you will edit with someone else style too, right?
 Re-editer is someone who re-edits someone else edit.
Thief/Stealer is someone who steals someone else edit.

If you don't know what "Copycat" really is, don't ever say it! That will embarrassing yourself.

.

.

.

.

.

Nah, it's just my opinion. If you have yours, that's all up to you.

Monday, September 24, 2012

My Edits





Profile Pictures









 

Facebook Timeline Cover (Right click > View Image for full size)

  

PC Wallpaper

Fiction Story : My First Love (Indonesia language)

Chapter 1.1: Prologue


Jantungku berdegup kencang. Berusaha menyesuaikan diri dengan irama. Adrenalinku terpacu hebat. Itulah perasaanku saat ini. Aku, gadis berumur lima belas tahun sedang berdiri di panggung, sendirian. Kutekankan lagi, sendirian. Tanpa adanya penyanyi ataupun penari yang lain, aku harus menguasai satu panggung yang megah ini.
"Because of.. you..", Akhirnya lagu pertamaku selesai dengan baik. Penonton menyorakiku dengan keras, "Linette! Linette!". Oh, ya. Namaku Lin Matsuo. Seorang idol terkenal di Jepang. Setiap hari aku sangatlah sibuk, baik karena pekerjaan ataupun sekolahku. Jadi, aku tidak punya waktu untuk bermain dengan teman -Itu pun kalau aku memiliki seseorang yang disebut teman.

Setelah break, aku mulai mengalunkan lagu keduaku. Judulnya, My First Love. Jujur saja, aku paling menyukai lagu yang satu ini. Lagu ini menceritakan tentang seorang gadis kecil yang patah hati karena cinta pertamanya.
"Everyone can see.. There's a change in me.. They all say i'm not the same, kid i used to be..", Penonton terlihat sangat menikmati lagu yang kubawakan. Ruang konser menjadi hening.
"Don't go out and play.. I'm just dream all day.. They don't know what's wrong with me, and i'm too shy to say.."
"It's my first love, what i'm dreaming on.. when i'm go to bed, when I lay my head upon my pillow. Don't know what to do..", Bagian ini.. tidak bisa kuhayati dengan baik. Apa karena.. aku tidak pernah merasakan hal yang dinamakan cinta?
"Tell me teddy bear.. My love is so unfair.. Will I ever found away, an answer to my pray.. For my first love...", Aku menyanyikan lirik terakhir lagu itu. Penonton kembali menyorakiku dengan keras. Aku segera mengalunkan lagu yang lain.
-------------------------------------------------
"Bagaimana caranya supaya aku bisa menghayati lagu itu, ya?", Pikirku seraya memandang jalan dari jendela mobil.
"Lisa-chan, sekarang kamu harus istirahat.", Ujar seseorang dengan lembut. Aku menengok ke arah suara itu. Ternyata managerku sekaligus kakak yang pengertian bagiku, Meika. Aku mengangguk dengan senang. "Akhirnya..", Pikirku lega.
"Besok selama seminggu kamu tidak ada kegiatan selain sekolah, lho.", Kata Kakak Meika seraya tersenyum kepadaku, menunggu reaksi ku.
"Be-benarkah, Kakak?! Yey!!", Ujarku senang mendengar berita itu. Aku telah menantikan hari seperti ini, dimana aku bisa menjalankan hari seperti murid SMU biasa. Aku pun melupakan pikiranku tadi dan memikirkan apa yang akan kulakukan saat libur singkat nanti.
"Jangan lupa, belajar..", Kata Kakak Meika membuyarkan pikiranku dan hanya menahan tawa melihat reaksiku sesudah itu.
"...Iya juga, ya...", Ujarku seraya bermata kosong. Belajar? Hal yang sangat kuhindari. Lebih baik menyanyikan 20 lagu berturut-turut tanpa henti daripada belajar matematika.

Chapter 1.2: Meeting

Terdengar lagu yang indah di kepalaku. Siapa itu? Siapa? Aku berlari menuju sumber suara itu. Tapi.. kenapa suaranya bertambah pudar? Kenapa?
Piip.. Piip.. Piip..
Aku terbangun mendengar suara itu. Aku menoleh ke sumber suara itu. Ternyata alarm jamku berbunyi. Segera kumatikan jam itu dan melihat jam berapa sekarang, dan aku sangat dikejutkan oleh angka yang tertera di sana.
"Ja-jam setengah tujuh?! Kak Meika, kenapa Kakak tidak membangunkanku?!", Teriakku seraya membuka lemari pakaian dengan buru-buru dan berlari ke kamar mandi
"Kau tidak bangun saat aku mencoba membangunkanmu, jadi aku biarkan kau terkapar di tempat tidur..", Ujar Kakak Meika dari dapur seraya memasang wajah innocent.
Setelah pertarungan melawan waktu, akhirnya aku sampai di sekolah tepat waktu. Kulihat jam tanganku dan bernapas lega.
"Masih ada waktu 10 menit lagi..", Pikirku senang.
Aku berjalan ke kelasku dengan gembira. Merasakan angin musim gugur, memandangi daun yang gugur berjatuhan, dan menikmati rasanya kebebasan yang jarang aku alami.

Sesampainya di kelas, aku segera meletakkan tasku dan berjalan keluar dari ruangan. Aku membuka jendela lorong sekolah dan memandangi pepohonan yang daunnya berwarna kuning kemerahan. Aku menutup mata dan merasakan angin yang berhembus melewati rambutku.. Hah.. Betapa senangnya kehidupan yang santai, bebas dari pekerjaan yang menyibukkan.
Tapi sepertinya perasaan itu tidak akan berlangsung lama. Seminggu lagi, dan aku akan kembali ke kehidupanku yang biasanya.
Banyak murid gadis yang kulewati berbisik-bisik dan menatapku dengan tatapan aneh, sedangkan murid laki-laki hanya memandangiku dengan tampang yang membuatku gerah. Bisakah aku mendapat perlakuan yang sama seperti yang lain suatu hari?
Tak terasa bel sekolah telah berbunyi. Aku berjalan kembali ke kelasku dengan malas. "Hah.. pelajaran..", Pikirku lirih.
Guru segera masuk sesaat aku duduk di kursi. Dia lalu meminta murid-murid membuka buku Fisika.
"Fisika? Pergi saja ke laut.", Pikirku seraya memandangi buku tebal nan misterius itu.
Aku mendengarkan penjelasan guru itu agak-agak setengah tidur. Pelajaran yang bisa membuatku bangun hanya olahraga dan seni. Na'asnya, guru itu menunjukku untuk menjawab soal yang terdapat di papan tulis. Aku hanya memasang tampang linglung. Paling tidak, guru itu sepertinya mengerti keadaanku dan meminta murid lain menjawab soal itu.
~~~~~~
Bel istirahat berbunyi. Aku segera merapikan mejaku dan meninggalkan kelas menuju kantin. Kantin saat itu sudah penuh dengan murid yang sedang berdesak-desakkan. Aku mengurungkan niatku untuk membeli makanan dan pergi ke taman sekolah. Kulihat ada seorang laki-laki yang sedikit lebih tua dariku sedang duduk seraya memandangi pepohonan yang daunnya berguguran.

Siapa itu?

Tiba tiba laki laki itu memalingkan wajahnya ke arahku. Kontan wajahku langsung merah padam dan segera masuk ke sekolah.
“Semoga dia tidak menyadari keberadaanku..”, Batinku panik. Tanpa sadar, aku berlari ke dalam kelas.  Aku duduk di kursiku dan memandang ke arah jendela.
“Laki laki itu tampan juga ya... rambutnya berwarna coklat model spike.. matanya warna coklat kehitaman.. keren...”, Pikirku seraya tanpa sadar tersenyum sendiri.
“Kenapa aku bisa sesenang ini ya? Nggak mungkin ‘kan kalau aku langsung jatuh cinta pada cowok itu. Tidak mungkin, masa ada yang namanya seperti itu.”, Batinku konyol seraya membaca buku favoritku.
Tak terasa bel sudah berbunyi tanda selesainya istirahat. Kelas kontan berubah menjadi ramai. “Huft... berisik lagi...”, Pikirku lirih sambil menutupi wajahku dengan buku.
“Sudahlah, ngapain sih masih mikirin itu? Mending mikirin cara supaya bisa melewati pelajaran selanjutnya ini, matematika..”, Batinku setengah sedih.

Brown Haired Boy POV
“Cewek tadi...begitu melihatku langsung kabur... tapi, rasanya aku pernah melihatnya di suatu tempat..”, Pikirku sambil memutar-mutar pulpen,.
“Kiryuu Akawa, maju selesaikan soal ini!”, ujar tiba-tiba seseorang memecahkan lamunanku. Ah, ternyata guru matematika sok itu. Ok, mudah saja. Aku maju ke depan mengambil kapur dan mulai menulis jawabannya. Setelah beberapa saat, aku selesai dan kembali ke kursiku. Murid- murid memandangku keheranan. 
“Kenapa? Ada masalah? Oh, ternyata soal itu sama sekali belum dipelajari.. yah, apa boleh kata, salah guru itu yang memintaku.”, batinku seraya memasang earset, tak mempedulikan guru sok itu yang sepertinya agak terpukul dan menggeleng-gelengkan kepala.
“Kring kring kring!!”, bel berbunyi tanda usainya pelajaran sekolah. Aku segera merapikan barang barangku dan beranjak dari kursiku. Saat aku mau keluar dari kelas, ada seorang gadis yang tak kukenal memintaku mengikutinya. “Huft... ya sudahlah..”, pikirku seraya mengikutinya.
“Ah... Akawa... tolong terima ini!”, ujarnya gugup padaku seraya menyerahkan secarik surat untukku. Aku menatapnya datar.
“Dan... dan apakah kamu.. mau jadi pacarku?”, katanya sedikit bergetar.
“Aku tidak bisa.”, Kataku datar dan dingin. Oh, sepertinya dia ingin menangis. Tapi bukan salahku 'kan kalau dia begitu? Dia berlari sambil berurai air mata turun dari atap sekolah itu. Aku hanya menatapnya berlalu. Kubuang surat itu ke tempat sampah.
“Wah wah... sepertinya ada yang telah membuat cewek menangis, lagi nih..”, kata seseorang tiba tiba. Aku menengok ke arahnya.
“Ah, kau.. aku tidak salah.. dia yang seenaknya sendiri suka padaku.”, kataku memalingkan wajah darinya.
“Ayolah, Kiryuu... kau kan populer, kenapa tidak kau manfaatkan saja dia?”, katanya setengah menggoda, setengah iseng seraya menepuk pundakku. Dia mulai lagi...
“Aku bukan playboy seperti mu, Ikuto.”, ujarku padanya seraya memandang nya dengan dingin.
“Kau itu memang bukan seperti cowok pada umumnya ya... ayolah, jangan dingin begitu. Lagipula tidak ada salahnya kan?”, katanya sambil memain mainkan dasinya yang sudah tidak rapi itu. Entahlah, aku juga tidak tahu.
“Kapan kapan aku akan bawakan sesuatu yang bagus untukmu, ok?”, katanya sedikit menggoda. Sepertinya aku merasakan firasat tidak enak soal ini.

to be continued...