WARNING! Kisah fiksi ini mengandung slash (boyxboy), sama sekali tidak ada hubungannya dengan dunia nyata. Terpaksa ngepost ini karena alasan yang sama dengan drabble sebelumnya.
Blink
.
.
.
Matahari bersinar terik,
walau udara masih terasa dingin mengingat kalender baru saja menetap di bulan
Desember. Ruang kelas XII-A Seoul International School terdengar bising dengan
celetukan-celetukan murid yang 'tak ada habisnya. Sementara mereka menunggu
guru untuk masuk ke ruang kelas, semua orang sibuk dengan dunianya sendiri,
'tak terkecuali seorang laki-laki berperawakan lembut dengan rambut bernuansa
sedikit kemerahan di ujung kelas itu. Dia menerawang keluar jendela, menatap
langit biru berhiaskan awan putih dengan tatapan kosong.
"Ah.. sebentar
lagi.." batinnya dengan nada yang sedih sambil menghela napas pelan.
Tiba-tiba suara bel memecahkan lamunannya serta memberhentikan seantero
kegiatan di kelas. Dengan buru-buru, semua murid kembali ke tempatnya
masing-masing, walaupun suara obrolan masih terdengar dari segala penjuru
ruangan. Hanya saat seorang guru masuk barulah seluruh murid menjadi hening,
sesaat kemudian mereka memberi salam seperti biasa. Guru itu mengangguk, lalu
dia tetap berdiri di tempatnya sebelum memberitahukan sesuatu yang agak
mengejutkan.
"Alright students, today we got a new friend from Canada." Ucapnya tegas dengan aksen british pada seluruh penjuru kelas, mengundang bisikan demi bisikan serta tatapan ingin tahu dari hampir seluruh murid, termasuk laki-laki berperawakan lembut yang baru saja mengalihkan pandangannya dari jendela ke arah guru itu.
"Murid baru di saat
seperti ini ?"
"Seriously, bahkan
saat sudah kelas 3.."
"Laki-laki atau
perempuan ya ?"
Begitulah kira-kira isi
dari bisikan-bisikan siswa di kelas itu. Laki-laki berperawakan lembut bertag
name Kim Joonmyeon hanya memasang telinga seadanya, tidak terlalu tertarik
dengan topik tersebut walaupun ada rasa ingin tahu siapa yang berani pindah di
hari-hari terakhir sekolah ini. Guru berdarah eropa itu memberi isyarat ke arah
pintu, lalu seorang laki-laki dengan tubuh yang tinggi dan rambut pirang
berjalan masuk, mengundang lebih banyak bisikan dan tatapan dari murid terutama
kaum hawa. Guru dengan tagname Michael Clearwater itu berdeham
pelan, mengisyaratkan kelas untuk tenang.
"OK class,
please keep it down. Alright, now introduce yourself Kris." Ucapnya
sambil mengangguk pelan ke arah anak baru yang diketahui bernama Kris itu. Dia
menghela napas sebentar, lalu memandang lurus kelas berisi kurang lebih dua
puluh anak itu.
"My name is Wu
Yifan or Kris Wu, but you can simply call me Kris. I'm from China, but
transferred from Vancouver, Canada. Salam kenal.." katanya dengan
menggunakan bahasa Korea di akhiran, menandakan dia bisa berbahasa Korea. Para
murid menanggapinya dengan beragam, mulai dari memandangnya kagum, menatapnya
dalam dengan mata berkilat ataupun hanya sekedar mengangguk pelan lalu kembali
ke aktifitas mereka sebelumnya. Joonmyeon termasuk kategori terakhir – setelah
mengetahui orangnya, dia tidak begitu tertarik lagi. Akhirnya dia
menenggelamkan diri ke dalam lamunannya, mengarahkan pandangan kosong keluar
jendela.
"Alright class,
you can ask him questions personally after this. Now, Kris, take your seat
beside Kim Joonmyeon. Relax Kim, it's just temporary," sambung guru
yang sering dipanggil Mr. Michael itu saat dia melihat arah pandang Joonmyeon
langsung berpindah kearahnya dengan wajah yang menyiratkan keterkejutan.
Joonmyeon memandang Kris sekilas, lalu ia menghela napas pelan sebelum
memindahkan tas selempangnya dari kursi yang telah kosong selama hampir
setengah semester itu. Guru laki-laki itu mengisyaratkan Kris untuk duduk di
sana, yang segera dipatuhi oleh Kris. Kris membungkuk cepat pada guru itu lalu
berjalan ke arah kursinya dengan tubuh tegap dan tatapan datar yang 'tak
berubah dari awal dia memasuki kelas.
".. Alright, now
open your book page ninty four.." ucap Mr. Michael sambil membuka buku
cetak biologi, subjek yang ia ajarkan, diikuti oleh murid-murid di kelas itu.
Joonmyeon memandang sekilas kawan sebangku barunya sambil membuka buku.
"Apa kau sudah
punya bukunya ?" Tanya Joonmyeon pelan sambil memperhatikan gerak-gerik
Kris yang dari tadi hanya diam memandang guru dengan malas. Kris menatap balik
Joonmyeon lalu menggeleng pelan. Joonmyeon memandangnya maklum sebelum dia
menggeser bukunya dan menempatkan itu di antara mejanya dan Kris. Kris
menatapnya dengan sedikit terkejut sebelum ia memasang kembali wajah datarnya.
".. thanks."
Ucapnya pelan pada Joonmyeon, masih dengan wajah dan nada datarnya. Suho
tersenyum kecil dan menatap mata Kris lurus.
"No problem."
Kata Joonmyeon sambil mengalihkan pandangannya ke arah Mr. Michael yang sedang
menjelaskan materi. Sekilas ia melihat Kris mengangguk pelan sebelum
mengalihkan pandangan, disertai dengan senyum yang sangat tipis tapi masih bisa
terlihat. Joonmyeon tersenyum kecil sebelum ia mengarahkan pandangannya keluar
jendela lagi, tenggelam dalam lamunan diri sendiri.
'Tak terasa bel tanda
istirahat telah berbunyi. Ruangan kelas cukup sepi, mengingat waktu sudah
menunjukkan pukul setengah dua belas. Joonmyeon mulai merapikan mejanya sebelum
pergi ke kantin. Kris bangkit dari kursinya dan dengan cepat ia sudah
menghilang entah kemana dari pandangan penghuni kelas. Joonmyeon tidak terlalu
peduli dengan hal itu.
"Yo, Suho !"
panggil seorang laki-laki tinggi dengan perawakan ceria dan senyuman cerahnya
ditemani oleh seseorang berkulit sedikit tan serta seorang lagi berkulit putih
pucat.
"Oh, tunggu
sebentar Chanyeol, Kai, Sehun. Aku mau membereskan ini dulu,"ujar
Joonmyeon yang memiliki nama lain Suho pada teman-teman yang sedang menunggunya
di depan kelas. Setelah selesai, ia menghampiri mereka sambil berlari kecil.
"Alright, now
let's go to the canteen, bergumul dengan perut itu menyusahkan !"
seru Chanyeol pada teman-temannya sambil menepuk-nepuk pelan perutnya, yang
ditanggapi dengan gelak tawa dari ketiga orang itu.
"Baiklah, baiklah.
Ayo cepat sebelum spot yang bagus diambil alih," ucap Suho sambil
mendorong pelan pundak teman-temannya yang semuanya lebih tinggi darinya.
Chanyeol mengiyakan sambil mengangguk cepat, mendorong pelan pundak kedua teman
lainnya itu.
"Santai saja lah,
pasti mereka tahu spot itu sudah resmi jadi milik kita. Ngomong-ngomong Suho
hyung, katanya ada murid baru ya ?" tanya seseorang berkulit tan yang tadi
dipanggil dengan sebutan Kai itu. Suho mengangguk pelan sambil terus berjalan
menuju kantin.
"Yup, namanya Kris.
Dia duduk disebelahku untuk sementara. Kau tahu lah,Chen yang adalah teman
sebangku ku pergi ke Jepang selama empat bulan," ucap Suho dengan nada
agak kecewa, mengingat temannya itu juga termasuk dekat dengannya.
"Hooo, begitu ya.
Ah, aku jadi rindu dengan Chen hyung. Dia jago sekali mengerjai orang, sangat
menyenangkan berteman dengannya," jawab Kai sambil tertawa kecil,
mengingat masa-masa dimana dia, Chen, Chanyeol dan Sehun sering sekali
mengerjai Suho. Sehun juga ikut tertawa, terutama saat mereka berdua melihat
perubahan mimik hyung pendeknya ini. Chanyeol hanya tersenyum lucu. Dia memang
sedang menahan tawa karena wajah Suho yang sekarang menurutnya lucu, sampai
akhirnya dia menyerah dan ikut tertawa juga.
"Y-ya ! Tapi yang
jadi korban selalu aku ! Seperti tidak ada korban lain saja," sambar Suho dengan
nada kesal sambil melipatkan tangannya ke dada. Kai, Sehun dan Chanyeol menatap
Suho dengan tatapan aneh sebelum mereka memandang satu sama lain dan tertawa
bersama-sama untuk kedua kalinya.
"Ah ! Itu karena
kau sangat lucu saat dikerjai !" jawab Chanyeol akhirnya saat dia, Kai dan
Sehun melihat ekspresi Suho berubah semakin kesal dan memandang ketiga temannya
sambil menyipitkan mata. Sayangnya hal itu justru menambah kesan lucunya dan
membuat mereka yang semula tersenyum menahan geli menjadi tertawa lagi. Suho
menghela napas berat sambil mempercepat langkahnya menuju kantin yang sudah ada
didepan mata, sementara ketiga orang lainnya hanya tertawa kecil sebelum mereka
menyusul langkah kaki Suho dengan mudah.
"Haaah.. aku sudah
kenyang.. " ujar Chanyeol seraya mengelus pelan perutnya, yang ditanggapi
kedua dongsaengnya dengan memutar bola mata. Mereka sedang duduk di tempat
biasa, yaitu meja yang paling dekat dengan stand makanan. Chanyeol sudah
menghabiskan kurang lebih tiga porsi Tonkatsu dan dua botol air mineral, yang
tentu saja memakan waktu cukup lama. Suho yang sedari tadi sibuk dengan buku
novel hanya tertawa kecil melihat ekspresi bosan kedua dongsaengnya menunggu
Chanyeol makan, sedangkan mereka bertiga sudah selesai dari tadi.
"Akhirnya hyung, ya
ampun kukira kau akan tambah lagi," ucap Kai sambil menggeleng-gelengkan
kepalanya. Chanyeol hanya menanggapi dengan tertawa sambil menepuk pelan kepala
Kai, membuat Kai menatap Chanyeol tajam.
"Ah,
ngomong-ngomong 'kan masih ada waktu dua puluh menit, ayo kita ke lapangan
basket," kata Chanyeol tanpa mempedulikan tatapan tajam Kai. Dia bangkit
dari tempatnya dan berjalan ke arah lapangan basket outdoor tepat di sebelah
kantin, yang disusul oleh ketiga teman dekatnya itu.
"Wow orang itu jago
basket, ya !"
"Tinggi
banget.."
"Keren.."
"Ada apa sih
?" tanya Chanyeol bingung sambil menatap lapangan basket dengan seksama.
Kai dan Sehun tampaknya sudah menemukan subjek utama pembicaraan di sana seraya
mengangguk paham.
"Ohh.. ternyata si
rambut pirang itu !" seru Chanyeol akhirnya sambil menunjuk seorang
laki-laki tinggi yang sedang memantul-mantulkan bola basket sebelum
melemparkannya ke dalam ring dengan ringan. Tentu saja hal itu mengundang
tanggapan dua dongsaengnya, yaitu memutar mata.
Sementara Suho yang
sedari tadi membaca novel akhirnya ikut menatap lapangan terbuka itu, dan
matanya seketika membulat.
"Hyung, kau kenal
?" tanya Sehun sambil menunjuk ke arah orang tersebut saat ia melihat
perubahan ekspresi hyungnya itu. Suho mengangguk kecil dan menutup novelnya.
"Yup, dia
anak baru yang tadi kita bicarakan," kata Suho sambil menatap sosok Kris
yang sedang melewati pertahanan tim lawannya dengan mudah. Sehun dan Kai
mengangguk paham, sedangkan Chanyeol justru berjalan santai menuju laki-laki
berambut pirang itu. Mau 'tak mau, mereka bertiga pun menyusulnya.
"Alright, the
winner is Team B ! Congratulations," ucap wasit tegas seraya
mengarahkan tangan ke wilayah tim Kris, yang disambut oleh tepuk tangan meriah
murid-murid di sana. Setelah kedua tim membungkuk hormat, Kris memutar bola
basket di tangannya seraya berjalan menuju kursi tim B, diselingi oleh
pujian-pujian singkat dari teman setim nya tadi.
"Yo blonde !"
seru seseorang yang berjalan semakin mendekat ke arah Kris, membuat Kris
menoleh ke sumber suara. Ia menatap seseorang bergaya rambut agak berantakan
serta bertubuh hampir setinggi dirinya, juga bertagname Park Chanyeol dengan
tatapan tanya.
"Perkenalkan,
namaku Park Chanyeol, tapi kau bisa memanggilku Chanyeol," ucap Chanyeol
memperkenalkan diri sambil mengajak Kris bersalaman, yang diterima Kris dengan
baik.
"Kris," Jawab
Kris singkat sambil membalas salaman Chanyeol sebelum melepas tangannya ringan.
"Tadi permainanmu
bagus, punya minat untuk bergabung dengan tim basket sekolah ?" tanya
Chanyeol sambil menyunggingkan senyum bersinarnya. Kris menatap sebentar
Chanyeol dengan tatapan berpikir, sebelum ia menggeleng pelan.
" Kurasa
tidak, but thanks for the offer, Chanyeol," jawab Kris tegas
sambil memain-mainkan bola basket di tangannya. Chanyeol mengangguk paham,
walaupun tersirat sedikit rasa kecewa di wajahnya. Sementara itu, Suho, Kai dan
Sehun sudah sampai tepat di sebelah Chanyeol, menatap dengan tanya karena
ekspresi Chanyeol yang agak kecewa.
"Kris-ssi, kau
sudah berkenalan dengan Chanyeol ?" tanya Suho sambil menatap Chanyeol dan
Kris secara bergantian. Kris mengangguk pelan.
"Baiklah Kris-ssi,
ngomong-ngomong kurasa kita belum berkenalan secara formal. Perkenalkan, Namaku
Kim Joonmyeon, tapi kau bisa memanggilku Suho. Laki-laki yang berkulit agak tan
namanya Kim Jongin, dan yang berkulit pucat namanya Oh Sehun. Mereka anak kelas
2," Kata Suho sambil menunjuk satu-satu dongsaeng terdekatnya itu.
"Kalian, ini murid
baru yang tadi kita bicarakan," Katanya sambil kali ini menunjuk Kris
dengan ibu jarinya. Kris mengangguk pelan.
"Panggil aku Kai
saja," ucap Kai sambil menyalami Kris singkat, menatap mata Kris lurus.
"Sehun," kata
Sehun singkat sambil mengangguk pelan tanpa melihat mata Kris.
"Kris," jawab
Kris tidak kalah singkat dengan nada datar.
"OK, done with the
introduction. Bagaimana kalau
kita main basket saja ?" sambar Chanyeol mengintrupsi acara perkenalan
itu. Kris, Sehun dan Kai mengangguk setuju.
"Suho, kau juga mau
ikut main ?" tanya Chanyeol sambil menepuk pelan pundak Suho dari
belakang. Suho menatap singkat keempat orang lainnya, menyadari perbedaan
tinggi yang sangat terlihat.
"Ah, aku hanya akan
menonton kalian para raksasa main saja," jawab Suho dengan nada agak kesal
sambil berjalan ke arah kursi tim B, yang ditanggapi oleh ketiga teman dekatnya
dengan gelak tawa, serta Kris dengan tawa kecil.
Saat Suho menonton
teman-teman tingginya itu dengan seksama, tanpa sadar ia mengikuti gerak-gerik
Kris. Secara otomatis tersungging senyum di wajahnya yang berkesan lembut itu.
Kris melirik ke arah tempat dimana Suho duduk sebelum ia memasukkan skor lagi,
kali ini meninggalkan senyum kecil di wajahnya.
Tiba-tiba pandangan Suho
menjadi hitam dan putih sekilas, lalu segalanya bergerak menjadi sangat cepat.
Suho menutup matanya dan membukanya lagi, lalu semua berubah menjadi normal
kembali.
"… mulai
lagi.." batin Suho sambil menutup kedua matanya dengan tangan kanannya.
Tiba-tiba seseorang menepuk pundak Suho dengan pelan.
".. kau kenapa ?
Dari tadi kau hanya memandang kosong lapangan, padahal kami semua sudah
selesai," tanya seseorang yang ternyata adalah Chanyeol dengan nada
khawatir. Suho memasang senyum lembut lalu menggeleng pelan.
"Tidak ada, aku
hanya sedang berpikir, hehe," jawab Suho sambil bangkit dari posisinya dan
menatap Chanyeol dengan tatapan lembut yang biasa. Chanyeol hanya mengangguk,
walaupun ia masih memperhatikan Suho dengan rasa khawatir yang sama. Kris yang
sedari tadi mengobrol dengan Kai dan Sehun menoleh ke arah Suho dan menatap
wajahnya dengan seksama. Suho berkedip sekali dan memasang wajah penuh tanya.
"Ada apa Kris-ssi?
Ada yang aneh ?" tanya Suho pada Kris, merasa risih karena tatapan Kris
yang entah mengapa seperti menembus pikirannya. Tiba-tiba bel tanda istirahat
telah selesai berbunyi, menyebabkan lapangan seketika sepi. Kris mengalihkan
pandangannya dan berjalan menuju kelas XII-A, yang disusul oleh Suho setelah
dia mengucapkan selamat tinggal pada ketiga temannya.
"..get rid of
that –ssi, it's kinda strange.." ucap Kris tanpa memandang ke arah
Suho saat mereka berdua sudah duduk di tempat mereka. Suho memandang Kris
terkejut sekilas, sebelum ia tersenyum dan mengangguk.
"Baiklah, kau
juga," jawab Suho sambil tersenyum sebelum dia mengalihkan pandangannya ke
arah guru yang baru saja masuk ke ruangan. Sekilas dia bisa melihat Kris yang
tersenyum kecil, menyebabkan hatinya entah mengapa berdesir aneh. Suho
menunduk, menyembunyikan wajahnya yang sedikit bersemu merah. Tiba-tiba
pandangannya menjadi hitam dan putih, serta waktu seperti berjalan sangat
cepat. Suho mengerjapkan matanya beberapa kali, panik. Akhirnya setelah kurang
lebih 5 detik, semua kembali seperti semula. Dia mengedarkan pandangannya ke
seluruh kelas yang kini telah menatapnya aneh, selain Kris yang kini menatapnya
dengan entah kenapa khawatir.
"Kim Joonmyeon,
are you okay ?" tanya guru wanita itu sambil menatap Suho sama
anehnya dengan teman-temannya. Suho menggigit bibirnya pelan sebelum menjawab.
"Miss, I think I
must go to Medical Room.." jawab Suho akhirnya sambil mengepalkan
tangannya diam-diam. Guru wanita itu mengangguk dan mempersilahkan Suho pergi.
Kris menatap kepergian Suho dengan wajah khawatir, tapi dia segera mengontrol
ekspresinya sesaat setelah Suho hilang dari pandangan.
"Did you see his
empty stare ?"
"Tadi Joonmyeon
kenapa ya ?"
"Seperti penyakit..
dia juga pernah seperti itu beberapa bulan lalu,"
Sementara kelas menjadi
berisik dengan celetukan murid, Kris memandang papan tulis sambil
memain-mainkan pulpen di tangannya. Walaupun wajahnya datar dan tampak 'tak
peduli, ia memasang telinga dengan seksama.
"OK class, calm
down. Now about this formula.." ucap guru itu menenangkan kelas sembari menjelaskan kembali
rumus matematika yang tadi sempat tertunda karena kejadian Suho.
".. penyakit
?" batin Kris seraya melirik kursi sebelahnya yang telah kosong. Ia
menghela napas dan segera mengalihkan pandangannya ke arah guru matematika itu.
"Terima kasih, Mr.
Kim," ucap Suho seraya menerima secangkir teh hangat dari pengawas UKS
bernama Kim Taesung. Dia sedang berada di ruang UKS, tepatnya duduk di kursi
yang paling dekat dengan meja pengawas. Laki-laki paruh baya itu mengangguk
sambil memandang Suho khawatir.
"Kau tahu, you
must consider what I said before.." ujar Mr. Kim seraya duduk di
tempat mengawasnya. Suho memasang wajah sendu dan menggeleng pelan.
"Aku ingin
menikmati ini sampai akhir, Mr. Kim. Even just a second more of this.."
jawab Suho seraya memandang permukaan teh itu dengan tatapan purba. menghela
napas seraya memandang Suho dengan tatapan maklum, lalu dia menepuk pelan
pundak Suho.
"Baiklah. Tapi
ingat.. ada suatu saat dimana kau harus meninggalkan semua orang," ucap
Mr. Kim ambigu, lalu ia mengusap pelan kepala Suho. Suho memandang lurus mata
dengan senyum. Senyum yang terpaksa.
"… aku tahu."
Ucap Suho dengan nada yang agak bergetar. Mr. Kim hanya tersenyum kecut. Ia
bangkit dan menepuk pelan punggung Suho. Bel tanda istirahat kedua berbunyi,
membuat melirik jam sekilas.
"Kau harus
istirahat, cepat berbaring. Aku akan pergi keluar sebentar, arraseo ?"
ucap Mr. Kim seraya berjalan menuju pintu keluar. Suho menurut saja, dia
membaringkan diri di kasur UKS sambil menyelimuti diri. Setelah benar-benar
keluar, barulah dia menyikap selimutnya, mendudukan diri dan memandang keluar
jendela dengan lesu.
"Kurasa akan ada
suatu saat.. dimana semua hal terjadi secepat kedipan mata," ucap Suho
pada diri sendiri sambil menjatuhkan dirinya ke kasur, melipatkan tangannya di
belakang kepala.
"Hah.. sudah ketiga
kali dalam bulan ini," Suho berbisik pelan seraya menutup wajah dengan
lengan kanannya. Ia menyamankan dirinya di kasur, lalu setelah lima menit, ia
telah pergi ke alam mimpi. Tiba-tiba seseorang dengan satu buku tebal di tangan
kirinya membuka pintu UKS pelan, lalu menatap Suho yang sedang tertidur.
"Tidur
rupanya.." ucapnya pelan agar Suho tidak terbangun, seraya berjalan ke
arah kasur tempat Suho tertidur dengan pulasnya. Laki-laki dengan cincin di
tangan kanannya itu mengusap surai Suho dengan lembut setelah mendudukan diri
di kursi terdekat. Laki-laki berambut pirang itu memandang Suho dengan
khawatir, sesekali ia mengelus pipi Suho dengan perlahan. Tiba-tiba seseorang
membuka pintu UKS dengan agak tergesa-gesa, menyebabkan Kris menarik tangannya
menjauh dari Suho.
"..Kris ? Suho
kenapa ?" tanya Chanyeol seraya berjalan cepat mendekat ke kasur Suho.
Kris menatap Suho agak lama, sebelum ia menoleh ke Chanyeol dan menjawab.
"He spaced out,
jadi dia meminta izin untuk istirahat di UKS," jawab Kris pelan tapi
Chanyeol masih bisa mendengar. Chanyeol mengangguk paham, lalu menoleh ke arah
pintu yang diikuti oleh Kris saat seseorang mengetuk pintu UKS yang masih
terbuka.
"Chanyeol hyung,
Kris hyung.. apa yang terjadi dengan Suho hyung ?" tanya Kai saat dia dan
Sehun memasuki ruang UKS dan menutup pintunya, lalu berjalan menuju mereka
bertiga.
"Entahlah, katanya
dia meminta izin untuk istirahat," jawab Chanyeol sambil mengangkat
bahunya, lalu menatap Suho yang sekarang telah menggerakan badannya sedikit,
pertanda sudah bangun. Suho mendudukan dirinya di kasur, mengusap mata dan
mengerjapkannya lalu menatap Kris, Chanyeol, Kai dan Sehun yang memasang wajah
khawatir.
"Untuk apa kalian
semua ke sini hm? Tenang saja, aku hanya kelelahan," ujar Suho cepat saat
Chanyeol hendak bertanya. Ketiga teman dekatnya mengangguk pelan, sedangkan
Kris hanya memandang Suho dengan datar, walaupun terbesit rasa khawatir di
wajahnya.
"Well, tampaknya
aku baru tidur selama sepuluh menit," ucap Suho saat dia melirik ke arah
jam dinding UKS itu. Suho menatap keempat orang yang mengunjunginya itu sembari
menyunggingkan senyum lembut yang biasa.
"Hyung,
ngomong-ngomong tahu tidak, aku dan Sehun akan mewakili sekolah kita dalam
lomba menari tingkat provinsi lho !" ucap Kai tiba-tiba sambil merangkul
pundak Sehun dan menyunggingkan senyum ke arah Sehun yang sekarang sedang salah
tingkah.
"Wah, kalian memang
hebat !" kata Suho sambil mengangguk-ngangguk paham, lalu mengancungkan
kedua ibu jarinya pada dua dongsaengnya itu.
"Hooo begitu..
kalian benar-benar serasi ya.." sambar Chanyeol sambil memandang kedua
orang itu dengan tatapan aneh. Ekspresi Kai dan Sehun seketika berubah menjadi
bernuansa kemerahan, lalu detik kemudian Kai melepaskan rangkulannya dan
berusaha membatah, sementara Sehun menundukkan wajahnya dan menggaruk kepalanya
yang tidak gatal. Hal itu justru menambah semangat Chanyeol dalam menggoda
mereka berdua. Lihat saja, seketika ruang UKS jadi penuh dengan pekikan dan
seruan dari ketiga orang itu. Sementara mereka sibuk dengan dunia mereka
sendiri, Suho menatap ketiga orang itu dengan tatapan hangat dan senyum lembut,
namun entah mengapa sendu. Kris menyadari hal itu dan dia mendudukan diri di
sebelah Suho. Suho agak terkejut dan menolehkan pandangannya pada laki-laki
bersurai pirang itu.
"..Apa mereka tahu
?" bisik Kris pelan supaya ketiga orang lainnya tidak dapat mendengar.
Seketika Suho membulatkan matanya dan menatap Kris dengan tatapan sedih.
"Tahu apa ?"
tanya Suho memastikan, seraya mengalihkan pandangannya pada ketiga orang itu.
Kris menghela napas pelan.
"Tentu saja
keadaanmu," kata Kris sambil mengikuti arah pandang Suho. Lalu Kris
mengangkat buku tebal yang sedari tadi ia bawa, yang ternyata adalah buku
penyakit langka. Suho tersenyum kecut saat ia melirik sekilas buku itu.
"Cepat atau lambat,
aku harus memberitahu mereka. Tapi untuk sekarang.. belum." Jawab Suho
pelan dengan nada yang agak bergetar. Suho mengepalkan kedua tangannya, menahan
genangan air di matanya yang mungkin saja bisa terjatuh sewaktu-waktu.
Tiba-tiba, sebuah tangan besar menggenggam tangan kanannya. Ia menoleh,
menemukan tangan Kris menggenggam erat tangannya sementara Kris sendiri masih
memandang ketiga orang yang dari tadi masih beradu mulut itu. Suho membalas
genggaman Kris, lalu memasang senyum tulus di wajahnya. Kris melirik ke arah
Suho dan menanggapinya dengan senyum tipis. Mereka tetap dalam keadaan seperti
itu cukup lama, Suho bisa merasakan jantungnya tidak stabil dan wajahnya
menghangat. Tangan Kris yang dingin entah mengapa sangat menenangkan, seperti
menyalurkan kekuatan untuk Suho agar tetap bertahan. Kris mengeratkan genggamannya,
sementara di hatinya ada sesuatu yang berdesir aneh. Jantungnya 'tak kalah
cepat berpacu dengan milik Suho. Barulah saat Chanyeol, Kai dan Sehun telah
selesai bersikukuh, mereka berdua melepaskan tangan masing-masing, walaupun
terbesit rasa kehilangan di sana.
"Sudah selesai adu
mulutnya ? Kalian benar-benar berisik," ujar Kris ringan pada ketiga orang
itu. Kontan saja ekspresi mereka berubah lucu.
"Y-ya ! Chanyeol
hyung yang mulai duluan !" ujar Kai seraya menunjuk Chanyeol yang
menatapnya dengan tatapan tajam.
"Salah kalian
sendiri, padahal saling menyukai tapi malah tidak pernah jujur !" sambar
Chanyeol yang disambut kedua dongsaengnya itu dengan mata yang membulat dan
semu merah menghiasi wajah mereka.
"Siapa bilang aku
suka dengannya ?!" ucap Sehun dan Kai bersamaan, yang tentu saja
mengundang tawa bagi yang lain. Suho menatap ke arah teman-temannya yang kini
adu mulut untuk kedua kalinya dengan senyum dan tatapan hangat. Dalam hati, ia
akan sangat merindukan momen seperti ini suatu saat nanti. Tanpa dia sadari,
Kris sedari tadi menatap Suho dalam, hatinya masih merasakan sensasi berdesir
yang aneh. Tiba-tiba suara pintu terbuka mengintrupsi kegiatan mereka semua.
"Ya ! Kalian semua
! Jangan ribut di UKS !" seru Mr. Kim yang baru saja kembali dari ruang
guru. Dia memandang ketiga raksasa yang dari tadi ribut itu dengan kesal, yang
dibalas dengan tatapan awkward dari ketiganya. Chanyeol, Kai dan Sehun segera
membungkuk dan meminta maaf, lalu pamit untuk kembali ke kelas masing-masing.
Sebelum pergi, Chanyeol menoleh ke arah Suho dan mengelus kepalanya pelan.
"Hati-hati ne,
jangan kelelahan. Kau membuatku khawatir. Kami pergi dulu ya," ucap
Chanyeol lembut sebelum ia, Kai dan Sehun keluar dari ruangan. Meninggalkan
Suho, Kris dan di ruangan itu.
".. kalau begitu,
karena bel akan berbunyi sebentar lagi, Suho, apa kau akan mengikuti pelajaran
? Atau istirahat saja ?" tanya Mr. Kim pada Suho yang masih menatap ambang
pintu. Suho menoleh dan bangkit dari kasur itu, diikuti oleh Kris.
"Ah, tidak perlu ,
saya akan ikut pelajaran saja. Aku sudah baik-baik saja kok," jawab Suho
sambil menyunggingkan senyum cerah. Mr. Kim mengangguk, lalu beliau menatap
Kris dengan tatapan menyelidik. Kris hanya menatap guru itu datar sebelum dia
mengangkat buku tadi dan melirik cepat ke arah Suho, menandakan ia juga
mengetahui "rahasia" Suho. Mr. Kim membelalakan matanya, menatap Suho
meminta penjelasan dan Suho membalaskan dengan mengangguk sambil tersenyum
kecut. Guru berperawakan tegas yang bertugas sebagai pengawas UKS itu menghela
napas.
"Baiklah, cepat
segera kembali ke kelas, bel akan berbunyi lima menit lagi," ucap Mr. Kim
final. Suho dan Kris membungkuk hormat sebelum mereka berjalan beriringan ke
ruang kelas mereka.
"..Kris ?"
panggil Suho di tengah perjalanan mereka.
"Hm ?" jawab
Kris singkat tanpa melirik ke arah Suho.
"Tanganmu dingin.
Tapi itu membuatku nyaman, entah mengapa," ujar Suho pelan sambil
menundukan kepalanya. Kris berhenti berjalan tiba-tiba, yang tentu saja diikuti
oleh Suho. Suho menatap Kris penuh tanda tanya, sebelum Kris menoleh dan
menggenggam tangan Suho untuk kedua kalinya hari ini.
"Ayo, sebentar lagi
bel masuk," ucap Kris sambil melanjutkan berjalan, menarik tangan Suho
yang ada di genggamannya. Suho mengikutinya dari belakang sambil menunduk, berusaha
menyembunyikan wajahnya yang sudah terasa panas. Seandainya dia berjalan
beriringan dengan Kris, mungkin dia bisa bertambah bersemu merah melihat wajah
Kris yang sekarang tersenyum tulus. Mereka terus seperti itu sampai mereka
duduk di kelas mereka. Murid-murid menatap mereka dengan beragam, sebagian
menatap mereka kagum, sebagian lagi dengan tersipu, dan ada beberapa yang
menatap mereka kaget. Suho merasa risih dengan pandangan itu, jadi dia
berbicara pelan pada Kris agar tidak ada orang lain yang mendengar.
"Kris, kurasa kau
bisa melepas tanganku sekarang.. aku malu.." ucapnya pelan seraya
memandang ke sekeliling ruangan yang sebagian besar penghuninya menatap mereka.
Tapi, bukannya melepas, Kris justru menggenggamnya semakin erat. Suho
mengalihkan tatapannya pada Kris, wajahnya sudah merah 'tak karuan.
"Jangan pedulikan
mereka, kalau kita menikmatinya kenapa tidak ?" jawab Kris pelan namun
tegas, sehingga Suho menundukkan kepalanya dalam dan menggigit bibirnya. Dia
tahu dia memang menikmatinya, dia merasa sangat nyaman saat Kris menggenggam
tangannya. Tapi Suho merasa wajahnya sudah tidak bisa lebih merah dari
sekarang, dan jantungnya berpacu sangat cepat. Kris melirik ke arah Suho dan
menatap gerak-geriknya, tertawa kecil akan kelakuan teman pertama di sekolahnya
ini. Sungguh, sangat polos dan menggemaskan.
"Tapi kurasa.. ini
tidak buruk.." batin Suho sambil menatap tangannya dan Kris yang sedang
bertautan. Dia hanya berharap, semua ini akan bertahan lama. Walau ia tahu,
harapannya itu bisa sirna sewaktu-waktu.
Bel sekolah tanda
usainya kegiatan belajar mengajar akhirnya berbunyi, tepat saat jarum jam
menetap di angka dua belas dan dua. Guru berdarah korea murni itu melirik ke
arah jam dinding, sebelum ia merapikan buku-buku di mejanya dan bangkit berdiri.
"Baiklah, kumpulkan
tugas yang sedang kalian kerjakan Senin depan, yang artinya kalian memiliki
waktu seminggu penuh. Jangan lupa, terutama kalian sudah kelas 3. Arraseo
?" ucap guru itu sambil menatap lurus ruang kelas. Seluruh murid membalas "arraseo"
sambil mengangguk, lalu mereka segera membereskan barang-barangnya.
".. Terima kasih
telah berbagi bukumu seharian ini," ucap Kris pada Suho seraya membantu
Suho membereskan buku-bukunya. Suho mengambil buku cetak dari tangan Kris yang
baru saja menyodorkannya seraya tersenyum kecil.
"Sudah kubilang,
tidak masalah," jawab Suho seraya memasukkan buku terakhir itu dalam
tasnya. Kelas sudah dalam keadaan sepi saat itu, hanya ada Suho, Kris serta
satu murid bermata bulat yang duduk di seberang tempat mereka, sibuk memainkan
handphonenya.
"..Anyway,
ada hal lebih penting yang ingin kutanya padamu.." ucap Suho menggantung
saat ia menutup resleting tas selempangnya sambil menghela napas. Ia menoleh ke
arah Kris, sedangkan Kris mengangkat sebelah alisnya.
"Apa ?" tanya
Kris yang telah berdiri sambil mengenakan tasnya yang hampir kosong itu. Baru
saja Suho membuka mulut hendak berbicara, suara seseorang mengintrupsinya.
"Yo, Suho, Kris !
Kau sudah tidak apa-apa, Suho ?" seru seseorang itu yang ternyata adalah Chanyeol,
ia berdiri di ambang pintu dengan tas punggung menggantung di pundak kanannya
seraya mengangkat tangan kanannya. Tentu saja Suho dan Kris sontak menoleh ke
arahnya yang kini sedang berjalan mendekati mereka.
"Ah, aku sudah
tidak apa-apa Chanyeol," jawab Suho sambil memandang Chanyeol lurus dan
menyunggingkan senyum lembutnya yang biasa, sementara Kris hanya membalas
Chanyeol dengan anggukan singkat.
"Ngomong-ngomong
dimana Sehun dan Kai ?" tanya Suho balik pada Chanyeol seraya mengedarkan
pandangannya ke sekeliling kelas, mata Suho tidak menemukan keberadaan dua
dongsaeng nya itu. Biasanya mereka berempat berkumpul dan berpamitan sebelum
pulang ke rumah masing-masing.
"Mereka pergi
duluan, katanya ingin mengunjungi toko buku komik,"
"Ohh, I see.."
Chanyeol
mengangguk-anggukkan kepalanya seraya menggigit bibir.
"Kalau begitu, kau
mau pulang bersamaku ? Hari ini aku pakai motor," ajak Chanyeol pada Suho
sambil memasang senyum iklan pasta giginya. Suho terlihat berpikir sejenak,
sebelum ia mengangguk.
"Boleh-boleh saja,
soalnya hari ini aku bilang pada sopirku untuk pulang lebih lama," jawab
Suho seraya bangkit dan menggantungkan tas selempangnya di pundak kanannya.
Chanyeol mengerutkan alisnya.
"Hah, untuk apa ?
Kau mau melakukan sesuatu setelah ini ?" tanya Chanyeol pada Suho, kali
ini dengan nada ingin tahu. Suho menggeleng pelan.
"Tadinya iya, tapi
tidak jadi," jawab Suho sambil melirik ke arah jam dinding kelasnya. Bisa
gawat kalau tiba-tiba penyakitku terjadi lagi, lanjutnya dalam hati.
Chanyeol mengangguk pelan, berasumsi itu karena Suho kelelahan. Sementara
mereka berdua asik mengobrol, Kris yang sedari tadi diam membisu menatap mereka
dengan datar. Ia melirik jam dinding sebentar, sebelum ia akhirnya angkat
bicara.
"I think I must
go now," kata Kris datar seraya berjalan ke arah pintu. Suho serta
Chanyeol menoleh dan memberi salam perpisahan pada Kris sebelum sosok bersurai
pirang itu menghilang, yang ditanggapi Kris dengan "hm" singkat tanpa
menoleh.
"Kalau begitu, jja
!" seru Chanyeol seraya mendorong pelan Suho keluar dari ruang kelasnya.
Sebelum mereka keluar dari ambang pintu, Chanyeol menoleh ke dalam kelas dan
menatap sekilas satu-satunya murid yang tersisa di sana seraya mengatakan
"thank you" tanpa suara, yang dibalas dengan senyuman oleh
laki-laki bermata bulat itu. Setelah Chanyeol dan Suho benar-benar menghilang
dari pandangan, senyuman itu memudar.
".. Sungguh, dia
benar-benar lebih tidak peka daripada Suho," ucap laki-laki ber tagname Do
Kyungsoo itu seraya memandang keluar jendela yang terbuka lebar. Tiba-tiba dia
tertawa kecil, namun raut wajahnya terlihat sedih.
"Haha.. tapi kalau
dipikir-pikir, bukan salahnya juga.. hahaha…" katanya pada diri sendiri
seraya sesekali menggigit bibir. Dia menunduk, dan beberapa saat kemudian jatuh
butiran air bening dari kelopak matanya.
"Kyungsoo, bisa
kita bicara sebentar ?" tanya Chanyeol pada Kyungsoo setelah mereka
selesai memeriksa daftar kelas yang baru. Kyungsoo tersenyum dan mengangguk,
lalu ia mengikuti Chanyeol yang berjalan ke arah kelas XII-A. Dalam perjalanan,
Kyungsoo merasa gugup namun senang. Ia ingin tahu apa yang ingin dibicarakan
oleh teman sejak kecilnya itu. Apa Chanyeol akan menyatakan perasaannya ?
Kira-kira begitulah isi pikiran seorang Do Kyungsoo saat itu. Walaupun kemungkinannya
kecil, tapi berharap dan berpikir positif tidak salah 'kan ?
Setelah mereka sampai di
kelas itu, mereka menatap satu sama lain. Atau lebih tepatnya Chanyeol lah yang
menatap Kyungsoo dengan serius, sementara Kyungsoo mengalihkan pandangannya ke
ujung sepatunya. Jantungnya benar-benar berdetak 'tak karuan saat ini.
"..Kyungsoo ?"
panggil Chanyeol dengan suara beratnya, memecahkan keheningan di antara mereka
berdua. Kyungsoo mengangkat wajahnya dan menatap Chanyeol gugup sembari
sesekali mengigit bibirnya. Kebiasaannya sejak kecil dikala sedang gugup.
"Ada apa ? Apa kau
ada hal penting untuk dibicarakan ?" tanya Kyungsoo dengan nada rendah,
takut suara biasanya terdengar bergetar. Tangannya memain-mainkan ujung kemeja
kotak-kotaknya dengan masih mengigit bibir sesekali. Chanyeol menatapnya dengan
tatapan serius, sebelum ia angkat bicara.
"Jadi begini.. tadi
aku baru check daftar kelasnya.. ternyata aku dan Suho tidak sekelas.. nah,
kebetulan kau dan dia sekelas.." ucap Chanyeol memulai penjelasan. Kontan
Kyungsoo yang sedari tadi bergerak gugup berubah. Ia mematung, dengan mata
bulat yang semakin membulat, syok dengan apa yang Chanyeol baru saja katakan.
Hatinya ngilu saat mendengar nama Suho. Kyungsoo merasa tahu arah pembicaraan
ini, dan dia seketika menyesal telah menuruti Chanyeol untuk bicara empat mata
dengannya.
"Karena itu.. kau
bisa membantuku 'kan Kyungsoo ? Tenang saja, kau hanya perlu mengawasi Suho di
kelas, kalau-kalau ada orang yang mendekatinya selain aku, Sehun dan Kai. Ah,
tapi kau juga harus memberitahuku kalau dia hanya sedang berbicara berdua
dengan seseorang di kelas. Informasikan aku lewat SMS, OK? Ayolah, aku
mohon.." ucap Chanyeol dengan nada memohon dan tatapan seperti anak
anjing, sementara Kyungsoo hanya terdiam. Setelah beberapa saat, dia mengangguk
dan tersenyum, menyebabkan Chanyeol kontan memeluknya sembari berterima kasih.
Sayangnya Chanyeol tidak terlalu memperhatikan ekspresi Kyungsoo saat ini, yang
tentu saja merupakan senyum palsu belaka.
Chanyeol segera memaksa
Kyungsoo untuk diantar pulang, yang mau 'tak mau harus Kyungsoo terima. Di
perjalanan, Kyungsoo memeluk erat pinggang Chanyeol sembari menenggelamkan
wajahnya di punggung Chanyeol, sementara Chanyeol berkonsentrasi penuh
mengendarai motor sportnya ke arah rumah Kyungsoo. Sesampainya di rumah,
Kyungsoo mengucapkan selamat tinggal dan terima kasih dengan terburu-buru pada
Chanyeol, takut air mata yang di bendung olehnya susah payah tumpah saat itu
juga. Setelah basa-basi dan Chanyeol tidak tampak di pekarangan rumah Kyungsoo
lagi, laki-laki bertubuh kecil itu segera mengurung diri di kamarnya dan
menangis sejadi-jadinya, mengingat kamarnya kedap akan suara. Dia merasa bodoh,
hatinya hancur. Hari itu dia menyadari bahwa keberadaannya bagi Chanyeol tidak
lebih penting daripada seorang Kim Joonmyeon, orang yang baru hadir di
kehidupan Chanyeol dua tahun lalu. Tapi dia tahu, sesakit apapun hatinya
mengetahui kenyataan pahit itu, dia tidak akan bisa menghapus perasaan terhadap
laki-laki ceria bernama Park Chanyeol yang telah ia pendam selama
bertahun-tahun itu, sejak kelas lima sekolah dasar. Pada akhirnya ia tenggelam
di alam mimpi diselingi isakan tangisnya, serta gedoran-gedoran khawatir dari
kepala pelayan di rumahnya itu.
"..Hah, kau ini
memang bodoh, Do Kyungsoo.. bodoh..hiks..haha.." sambungnya lagi, kali ini
dengan nada sarkastis, seperti menyindir diri sendiri. Suaranya bergetar,
tawanya yang diselingi isakan tangis bergema di ruangan. Setelah beberapa saat
tertawa, wajahnya berubah menjadi datar. Ia mengusap air mata 'tak terbendung
itu dengan lengan bajunya. Setelah beberapa saat, laki-laki bertubuh kecil itu
akhirnya bangkit dari kursinya dan berjalan pelan keluar dari ruang kelas yang
telah menjadi saksi bisu tumpahnya perasaan bercampur air mata di siang berawan
itu.
"Akh, ini kenapa
susah sekali sih ?!" gerutu Suho seraya meraba-raba tali helm yang sejak
tadi tidak bisa ditautkan juga. Chanyeol tertawa melihatnya, dan sesaat
kemudian ia membantu Suho memasang tali helm tersebut sebelum laki-laki yang
lebih pendek darinya itu kesal padanya.
"Nih, sudah. Ampun
deh Suho, kurasa kau sudah berkali-kali naik motor dengan ku, dengan helm yang
sama pula. Kenapa masih tidak becus memakainya ?" ucap Chanyeol pada Suho
dengan nada geli seraya menekan pelan permukaan atas helm itu, membuat Suho
menatap tajam ke arahnya.
"Mungkin helm mu
memang tidak suka padaku ?" kata Suho sambil memutar bola mata, mengundang
tawa Chanyeol yang seakan tidak akan ada habisnya itu. Sungguh, Chanyeol
terlihat agak bodoh saat tertawa lebar, benar-benar tidak cocok dengan pakaian
yang ia kenakan sekarang – jaket kulit hitam yang melekat di tubuhnya dan helm
hitam yang bertengger di tangan kirinya.
"Ya ! Berhenti
tertawa, Chanyeol ! Geez.." ucap Suho dengan nada kesal sambil
melipat tangannya di dada. Chanyeol berhenti tertawa, walaupun di wajahnya
masih tersimpan rasa geli.
"Memangnya ada yang
akan tidak suka padamu ?" tanya Chanyeol ambigu seraya menggantungkan
helmnya di kaca spion. Suho mengerutkan alisnya, bingung dengan pertanyaan aneh
Chanyeol.
"Hah ? Maksudmu
?" tanya Suho meminta penjelasan, yang dibalas Chanyeol dengan senyuman
lebar sebelum ia menutup kaca helm Suho.
"Tidak ada. Ayo
cepat naik," jawab Chanyeol cepat sebelum Suho bisa angkat bicara sembari
menaiki motor sportnya dan menyalakan mesin kendaraan bermotor tersebut. Suho
hanya terdiam dan menghela napas, sesaat setelah itu barulah ia duduk di
belakang Chanyeol. Ia membenarkan posisi duduknya serta tas selempangnya,
sebelum tangannya memeluk erat pinggang Chanyeol.
"Sudah ?"
tanya Chanyeol singkat sembari menoleh sedikit ke belakang, yang dijawab Suho
dengan mengeratkan pelukannya. Chanyeol tersenyum sebelum ia memasang helm di
kepalanya dan menutup kaca helmnya, dan ternyata senyumnya belum pudar. Ia
memacu motor kesayangannya itu ke perumahan elit di gangnam. Tentu saja dia,
Suho, Sehun, Kai dan Kris merupakan anak dari orang-orang berharta, mengingat
sekolah mereka, Seoul Internasional School, adalah sekolah elit dan memuntut
biaya yang sama sekali tidak murah.
Sementara mereka sudah
hilang dari pandangan, seseorang yang ternyata sedari tadi menatap mereka
dengan datar dari jauh di dalam mobil merk Ferrari nya mendengus pelan. Ia
mengeratkan genggaman tangan kanannya pada setir mobil, cincin perak yang
terdapat di jari telunjuknya terlihat berkilat tertimpa cahaya matahari.
Setelah beberapa saat, laki-laki bersurai pirang itu memacu mobilnya keluar
dari sekolah itu.
Selama di perjalanan,
Chanyeol merasa detak jantungnya menjadi lebih cepat dari biasanya. Wajahnya
seakan memanas merasakan dua tangan yang lebih kecil dari miliknya itu memeluk
pinggangnya dengan erat. Walaupun ia sering mengantar jemput Suho dari kelas
satu SMA, tetap saja jantungnya berdetak 'tak karuan dan pipinya memerah saat
dia dan Suho berada dalam posisi seperti sekarang. Ia kadang berpikir, apakah
Suho merasakan hal yang sama terhadapnya ? Atau hanya dianggap angin lalu saja
? Tapi setelah berpikir keras, akhirnya ia menyerah dan berasumsi bahwa Suho
cepat atau lambat akan jatuh ke tangannya.
Atau paling tidak itulah
pikirannya sebelum anak baru itu muncul.
0 comments:
Post a Comment