Sunday, May 25, 2014

Radioactive

Gue bisa dibilang tipe orang yang mempengaruhi, atau paling nggak menolak untuk dipengaruhi.
Gue nggak suka orang-orang yang berusaha ngubah gue, dan itu bisa dibilang merupakan hal negatif. Gue selalu berpikir, "kalau lu nggak suka sama gue, jangan dekat-dekat sama gue. Problem solved." sampai sekarang.

Tapi bukan berarti gue nggak berusaha buat berbaur. 

Lu tahu, gue udah browsing tentang beberapa boyband-girlband K-pop, update tentang anime dan manga romance, dengerin lagu-lagu pop baru, mainin game yang lagi populer di kalangan murid, baca novel romance etc.
Buat apa? Supaya gue nyambung pas bicara sama kalian.

Mungkin kalian nggak nyadar, tapi semua hal yang gue sebutkan diatas kebanyakan bukan minat gue.
Tapi tetep aja gue update, karena gue mau nggak mau harus. Maksud gue, gue nggak pernah ketemu orang yang punya minat sama lagu rock punk metal di sekolah. Atau orang yang demen sama graphic design dan video editing. Bahkan orang-orang yang hang out tiap hari bareng gue nggak tahu hal-hal yang gue suka.


Dan kalian tahu? Masih ada aja orang yang minta gue berubah, padahal gue udah lakuin banyak hal supaya dia nyaman ngobrol sama gue. Namanya Michelle Febiola. Hai Michelle, in case dia baca. 
Orang ini sekarang agak kelewatan menurut gue, mulai dari memutar balikkan kata-kata gue, sampai seenaknya memperlakukan gue. Dia selalu bilang gue nganggep hal yang dia lakukan salah, padahal itu cuma asumsinya dia. Pas dia marah sama gue, oke gue minta maaf kalau itu salah gue. Tapi pas gue marah sama dia, justru dia nangis dan segala macem hal gitu, dan akhirnya gue juga yang minta maaf.

Pas gue ngomong biasa aja dia selalu nganggep itu sebagai hal negatif. Contohnya, gue pernah nanya ke temen gue Ayu, "emangnya lu bisa masak?" pake nada biasa, soalnya gue pas itu emang nggak tahu. Nah, si Michelle ngerocos, "eh jangan ngomong gitu lah," atau apa gue lupa. Terus gue nanya alasannya kenapa, nah dia jawab "lu kayak ngerendahin dia pas nanya gitu,".
Gue nggak terima dia nganggep kata-kata gue artinya gitu. Terus gue jawab, "lah 'kan gue nggak tahu dia bisa masak atau nggak,"
Eh dia jawab, tanpa bukti apapun, tanpa alasan logis, "pasti lu tahu lah,"
Gue bantah 'kan, karena emang gue nggak tahu. Kalaupun si Ayu pernah bilang sesuatu tentang masak ke gue, pasti gue lupa.

The final conclusion : orang ini nganggep kata-kata gue itu negatif padahal sebenarnya gue biasa aja. Berasumsi tanpa alasan logis. Nggak ada bukti main fitnah.
Jangan nangis Michelle pas lu baca ini, buat pengalaman aja. Nggak pernah ada 'kan orang yang bilang lu bikin kesel selain gue?
Iya gue tahu dia sensitif dan perasa, tapi justru karena itu harusnya dia tahu 'kan gue tipe orangnya gitu? Dia nggak bisa bedain saat dimana gue sarkastis dan saat dimana gue biasa aja. Dia udah anggap apa yang gue katakan itu negatif. Well mungkin itu salah gue sih, ngisengin dia dan akhirnya bikin dia hilang respect sama gue. Tapi tetep aja, kalau gini caranya mending gue nggak usah berinteraksi sama dia dari awal.

Dan terakhir, dia nganggep gue orangnya nggak peduli sama orang lain. Gue emang nggak peduli sama hal-hal nggak penting buat gue, contohnya Kris keluar dari EXO atau game Clash of Clans. And I always stated clearly that it's not important, for me. Tapi pas dia bilang gue nggak peduli sama orang lain, I was like, hell. 
Kalau gue nggak peduli sama orang lain, gue nggak akan nanyain dia sakit atau apa pas dia lagi nunduk. Atau pas dia nangis. Gue nggak mungkin nanggepin pertanyaan dia apapun itu karena itu cuma ngerepotin. Gue nggak akan peduli dia nganggep gue apa ataupun berusaha ngubah cara pikir dia terhadap gue. Tapi nyatanya gue peduli, sampai-sampai bikin post macam gini supaya orangnya nyadar.
Tapi dia nggak nganggep hal-hal diatas itu bentuk kepedulian. Jadi gue harus apa? Tanyain tiap hari, gimana keluargamu, gimana pelajaranmu, ada yang mau ditanyain nggak? Hell nope.

Yah itu aja sih. Gue harap kalian yang baca ini sadar, kalau nggak semua orang bisa berubah cuma buat kesenangan kalian saja. Kadang kalian juga harus berubah, macam gue. Gue udah banyak berubah, cuma supaya orang lain bisa berinteraksi sama gue dengan nyaman.

Kadang kalian harus terima apa yang orang pikirkan tentang kalian. Gue terima-terima aja kalau misalnya ada orang anggep gue menjijikan. Sok. Banyak omong doang. Males. Bocah. Pemarah. Segala macem. Karena itu emang diri gue dari cara pandang mereka. 

Dan kalau gue mencoba buat ngubah cara pandang entah salah satu dari kalian, itu berarti kalian udah termasuk di daftar orang yang gue peduliin. Gue emang orangnya blak-blakan. Take it, or leave it. Kalau lu nggak suka gaya gue, mending lu menjauh dari gue daripada susah-susah nyoba mengubah gue. 

Buat Michelle, kalau lu keberatan dengan kata-kata gue, kita bisa langsung ngomong di sekolah. Gue nggak suka punya masalah sama seseorang. Mungkin lu itu orang baik, semua orang suka sama lu. Tapi bukan berarti jalan pikiran lu itu benar. Dan gue mau meluruskan itu, sebagai teman lu. Lu nggak suka atau nggak, balik lagi. Deal with it or just stay away.

Sampai situ saja dah postnya. Masih mau bikin 16 post dalam kurun waktu beberapa jam, harusnya mudah. Mohon maaf buat Michelle kalau seandainya sakit hati. Nggak usah nangis, gue juga nggak akan merasa bersalah.

God bless you and see you on the next post!

0 comments:

Post a Comment